BULUKUMBA, BERANDA.NEWS- Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang bekerjasama dengan dinas peternakan Bulukumba laksanakan Diklat Non Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bulukumba, selama 3 hari lamanya
Selain pelatihan secara teori, peserta diklat di ajak langsung melihat fermentasi pembuatan pupuk kompos dari kotoran hewan
BBPP kupang memilih kelompok Samaturu,e Desa Taccoron, kecamatan Gantarang sebagai lokasi pelatihan membuat pupuk kompos dari kotoran kambing yang di campur dengan bahan lainnya

Also Read
Dari pantauan media ini dilokasi fermentasi kelompok samaturu,e memperlihatkan pembuatan pupuk kompos untuk tanaman dan makanan ikan, serta menjelaskan fungsi dan kandungan bahan yang dicampurkan pada pupuk kompos
Didepan peserta Diklat, Udin Ketua Kelompok Samaturu,e menjelaskan bahan yang digunakan untuk pupuk kandang, seperti 300 kg pupuk tai kambing, 10 kg dedak padi, 200 kg sekam, 10 sdm gula pasir, 200 ml (20 sdm) EM4 dan Air secukupnya
Udin pun mempraktekkan cara mencampurkan bahan bahan pupuk kompos, yakni dengan cara diaduk sampai merata hingga cairan EM4 menyerap lalu memasukkan dalam drum, jika ingin hasil memuaskan harus menunggu 21 hari kedepan baru dibuka
Membuat pupuk kompos ternyata harga ekonomis, karna bahannya murah dan mudah diperoleh bagi orang Desa
Sementara itu, Penyuluh pertanian sektor peternakan, Rosmini Pratiwi menjelasakan pelatihan diklat tematik yang dilaksanan BBPP untuk pelatihan Pemberdayaan kelompok ternak
Karena pelatihan diklat ini ada materi praktek fermentasi ceramih pakan ternak, maka kelompok samaturu,e dipilih sebagai lokasi praktek, dimana kelompok ini juga merupakan binaan dinas peternakan yang dianggap sudah sukses melakukan fermentasi pembuatan pupuk kompos dari kotoran sapi. Ungkapnya
Di tambahkan Kordinator Pertanian Sektor peternakan Maryana Eda T. Mengatakan Dinas pertanian sebagai fasilitator pelatihan diklat BBPP
“Kami ini dalam diklat BBPP ditunjuk memfasilitasi kelompok tani dan memilih peserta diklat non Aparatur sipil dari kaum millenial, alasannya sebagai regenerasi kedepan.Ungkapnya
Masih ditempat yang sama, Drh Mizwar bagian kesehatan dinas pertanian mengatakan peserta diklat pada pertemuan pertama telah dibekali materi kesehatan hewan (Keswan) Produksi dan pakan
“Materi disajikan dalam pelatihan hari pertama yaitu materi kesehatan hewan (Keswan) produksi dan pakannya, hari ini praktek.katanya
Hal itu dilakukan “kata Mizwar, pelatihan itu bukan hanya teori butuh praktek agar peserta bisa memahami caranya.
Selain itu, Mizwar membeberkan, Kelompok terpipilih dari 10 kecamatan yang ada dibulukumba, yaitu kelompok yang memiliki potensi dari segi populasi dan lahan luas, alasannya agar kelompok ini bisa berkembang
Harapannya kedepan, Ilmu yang didapat peserta pelatihan Diklat BBPP Kupang mampu di aplikasikan ditengah masyarakat, agar nantinya pola pikir masyarakat berubah, tidak tergantung lagi dipupuk kimia untuk memupuk lahan pertanian.Harapnya
Sekedar referensi, Tanaman perlu makanan agar dapat berkembang. Makanan yang dibutuhkan tanaman berupa unsur hara di dalam tanah. Unsur hara di dalam tanam sangat terbatas kalau digunakan secara terus menerus dihisap oleh tanaman lama-lama tanah menjadi miskin, Untuk menjaga ketersediaan unsur hara perlu dilakukan pemupukan.
Pupuk dibedakan menjadi dua yakni pupuk Organik dan pupuk unorganik. Pupuk organik berasal dari limbah tanaman, limbah ternak, limbah industry maupun sampah rumah tangga. Sedangkan pupuk unorganik adalah pupuk buatan yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Contoh pupuk unorganik adalah Urea, SP-36, KCL dan ZA.
Kompos merupakan semua bahan organik yang telah mengalami penguraian sehingga berubah bentuk atau sudah tidak dikenali lagi bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Khusus pupuk yang berasal dan kotoran hewan disebut pupuk kandang. Pupuk kandang mudah diperoleh sebab hampir semua petani mempunyai ternak. Proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Namun, untuk mengahasilkan kompos buatan maka untuk membuat kompos pupuk kandang dibutuhkan waktu 2-3 bulan. Salah satu teknologi untuk mempercepat pengomposan menggunakan bantuan effective microorganisme (EM4).
Kompos yang dihasilkan melalui fermentasi EM4 disebut bokashi. Jumlah mikroorganisme di dalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 genus. Dari sekian banyak mikro organisme, ada lima golongan pokok yakni bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomyces sp, ragi dan Actino mycetes.Dengan bantuan EM4, bokashi yang diperoleh sudah dapat digunakan dalam waktu relatif singkat yakni 4-7 hari. Selain itu, bokashi hasil pengomposan tidak panas, tidak berbau busuk, tidak mengandung hama dan penyakit, serta tidak membahayakan pertumbuhan dan produksi tanaman. (Dirman)