Bulukumba, Beranda News-Jelang Musyawarah Daerah (Musda) II Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) Kabupaten Bulukumba, tensi politik internal organisasi perangkat desa itu kian memanas. Berbagai manuver dan konsolidasi kandidat mulai terasa di lapangan.
Namun, di tengah dinamika dan rivalitas menuju kursi ketua, para calon menunjukkan kedewasaan berorganisasi yang patut dicontoh dengan tetap menjunjung tinggi nilai persaudaraan dan silaturahmi.
Hal itu terlihat dalam sebuah acara syukuran yang berlangsung hangat dan penuh keakraban. Para calon ketua PPDI, yakni Bang Yos, Pung Saso, Ikhsan, dan Kadir Kiwal, tampak duduk bersama dalam suasana santai.

Also Read
Meski di Musda nanti mereka akan berhadapan secara langsung, di kesempatan itu keempatnya larut dalam obrolan akrab dan canda ringan, menunjukkan bahwa rivalitas tak harus memutus tali persaudaraan.
Pung Saso menegaskan bahwa perbedaan pandangan dan keyakinan politik merupakan hal yang lumrah dalam organisasi. Namun, menurutnya, nilai silaturahmi harus tetap dijaga sebagai perekat kebersamaan.
“Kalau kita dewasa dalam berorganisasi dan politik, lawan atau rival dalam pertarungan itu hanya sampai pada pertarungan, tidak boleh dibawa dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Pung Saso, Sabtu (18/10/2025).
Senada dengan itu, Bang Yos menyebut bahwa suhu politik menjelang Musda boleh saja memanas, asalkan tidak mengikis rasa persaudaraan antaranggota PPDI.
“Pertarungan boleh panas, tapi persaudaraan tetap terjaga. Rebut kursi ketua PPDI ini hanya pertarungan strategi dan pengaruh. Jika panas Musda wajar saja, dan perbedaan saat pemilihan itu wajar. Tetapi setelah itu kita kembali sama-sama saling merangkul untuk membesarkan wadah organisasi yang kita cintai, yakni PPDI,” katanya.
Sementara itu, Kadir Kiwal menekankan bahwa Musda PPDI sejatinya merupakan arena adu gagasan, bukan ajang membentuk sekat atau kelompok kepentingan.
“Bertarung di Musda PPDI hanya bertarung gagasan, bukan untuk saling melumpuhkan atau membuat kelompok-kelompok kecil. Misi dan visi kita sama semua, ingin melihat PPDI ke depan lebih baik lagi. Soal pemilihan, hanya untuk memilih yang terbaik yang bisa membawa bendera PPDI lebih berkiprah lagi,” ujarnya.
Kadir menambahkan, dinamika dan perbedaan pandangan dalam proses pemilihan merupakan hal yang wajar dalam organisasi modern.
“Kalau ada dinamika di lapangan, itu sah-sah saja, karena masalah justru membuat kita lebih dewasa dalam berorganisasi. PPDI milik semua perangkat desa, kursi ketua hanya tempat penentu kebijakan. Tidak boleh ada sentris politik dan kubu-kubuan dalam tubuh PPDI,” tutupnya.
Kehangatan yang tercipta di acara syukuran tersebut menjadi bukti bahwa semangat persaudaraan masih terjaga di tengah kompetisi politik Musda. Rivalitas boleh terjadi, namun persahabatan dan komitmen membangun PPDI Bulukumba tetap menjadi tujuan bersama.