Bulukumba, Beranda.News-Sejumlah petani di Bulukumba mengeluh karena gabah mereka tidak dapat terjual saat panen raya, terutama saat musim hujan seperti saat ini yang membuat gabah petani semakin rusak parah
Hal ini diduga disebabkan oleh penutupan gudang pabrik beras di Bulukumba yang disinyalir karena melimpahnya stok beras impor di Bulog yang tidak lagi membutuhkan beras petani Bulukumba
Seperti yang di ungkapkan, Nasrum, salah satu petani dari Desa Sopa, Kecamatan Kindang, menyatakan bahwa gabahnya telah dipanen namun sulit untuk dijual. Dengan hujan terus-menerus, risiko kerusakan gabah semakin besar. Jika situasi ini berlanjut, petani akan mengalami kerugian besar

Also Read
“Kami petani menjerit, gabah kami yang sudah panen tidak bisa dijual, sedangkan musim hujan, penyimpanan tambah rusak, itu karena gudang pabrik tutup dan tidak lagi membeli gabah petani, itu katanya disebabkan Bulog banyak stok beras impor, yang baru baru ini impor beras 700 ton” katanya pada Jumat, 3 Mei 2024.
Menurutnya, Bulog Bulukumba seharusnya tidak mengimpor beras dari luar saat musim panen. Dampaknya seperti saat ini, petani merasakan bahwa gabah tertahan dan semakin rusak
Ia berharap pemerintah dapat turun langsung untuk mengatasi kondisi ini, karena ini menyangkut keberlangsungan hidup masyarakat
Sementara itu, Kepala Bulog Bulukumba, Ervina Suleha, membantah bahwa pihaknya tidak lagi menerima beras dari gudang pabrik/penggilingan beras
Namun, katanya, saat ini Bulog memiliki persyaratan dan ketentuan untuk menerima beras, yaitu dengan kualitas yang baik
“Kami di Bulog masih menerima beras, namun kami tentu memiliki persyaratan untuk membeli beras, yaitu harus memiliki kualitas yang baik. Kami tidak dapat mengambil beras yang warnanya kuning, karena itu akan merugikan kami,” katanya.
Namun, mengenai impor beras dari luar, dia tidak membantah bahwa Bulog pernah melakukan impor beras. Hanya saja, dia menegaskan bahwa hal itu sudah lama dilakukan dan bukan pada saat petani Bulukumba sedang panen.
“Tentang impor beras, itu sudah lama dilakukan, bukan pada saat petani Bulukumba sedang panen. Yang jelas, kami di Bulog sampai saat ini masih menerima beras dari Bulukumba. Karena di Bulog, ada beras yang masuk dan ada juga yang terjual,” jelasnya.