BULUKUMBA, Beranda.News– Ratusan massa dari berbagai elemen masyarakat turun ke jalan dalam aksi Koalisi 1 September 2025 di Kabupaten Bulukumba. Aksi yang dipimpin Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Bulukumba ini menegaskan diri sebagai aksi damai, sembari menyuarakan lima tuntutan besar rakyat.
Ketua PMII Cabang Bulukumba, Renaldi Amir, menegaskan bahwa aksi tersebut tidak dimaksudkan untuk menciptakan kerusuhan, melainkan ruang penyampaian aspirasi rakyat. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada aparat kepolisian dan TNI yang mengawal jalannya aksi hingga berjalan tertib.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak kepolisian dan TNI yang hari ini bersama-sama menjaga aksi ini agar tetap damai. Kehadiran mereka bukan untuk menjadi lawan, melainkan mitra rakyat dalam mengawal demokrasi,” ujar Renaldi dalam orasi pembukaannya, Senin (1/9/2025).

Also Read
Meski demikian, Renaldi menegaskan bahwa rasa terima kasih tersebut tidak menutupi luka kolektif rakyat akibat berbagai kasus kekerasan. Ia menyinggung kasus meninggalnya Affan Kurniawan, yang disebut sebagai bukti murahnya nyawa rakyat di mata negara.
“Koalisi 1 September bukan sekadar aksi mahasiswa, melainkan suara bersama dari rakyat yang muak ditindas. Reformasi kepolisian adalah harga mati!” tegasnya lantang.
Dalam aksinya, Koalisi 1 September membawa lima tuntutan utama, yakni:
1. Mengesahkan UU Perampasan Aset.
2. Menolak kenaikan pajak di beberapa daerah.
3. Menolak kenaikan tunjangan DPR.
4. Mengadili pelaku penabrakan Affan Kurniawan.
5. Membebaskan seluruh aktivis yang ditahan.
Suasana aksi berjalan penuh semangat namun tetap tertib. Spanduk dan poster dengan berbagai slogan perlawanan menghiasi jalanan Bulukumba, seperti “Nyawa Rakyat Tidak Murah” dan “Batalkan Tunjangan DPR”.
Menutup aksinya, Renaldi kembali menegaskan pesan damai sekaligus mengingatkan bahwa kedaulatan sejatinya berada di tangan rakyat.
“Kami percaya, jika aparat bersama rakyat, maka demokrasi akan selalu hidup. Negara ini milik rakyat, bukan segelintir elite yang memperdagangkan kekuasaan di atas penderitaan mereka,” pungkasnya.

















