Bulukumba.beranda News-Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa ini selalu diingatkan pada satu momen penting: Sumpah Pemuda. Bukan sekadar tanggal bersejarah, tapi titik balik ketika para pemuda Indonesia menyadari bahwa mereka adalah satu -satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
Sederhana memang, tapi dari ikrar itu lahir kesadaran besar: Indonesia bukan sekadar kumpulan suku, pulau, atau daerah, melainkan satu kesatuan yang hidup dalam semangat persatuan dan cita-cita bersama.
Namun, untuk memahami makna Sumpah Pemuda di masa kini, kita tak bisa melihatnya sebatas upacara atau teks sejarah. Ia adalah warisan moral dan filosofis yang membentuk jati diri bangsa dan seharusnya menjadi inspirasi untuk melangkah ke depan.
Also Read
Soekarno pernah menilai Sumpah Pemuda sebagai momen ketika manusia Indonesia sadar akan “ada”-nya sebagai bangsa. Kesadaran itu bukan hanya soal kebangsaan, tapi soal tanggung jawab untuk menjaga keutuhan negeri ini. Ki Hajar Dewantara pun menegaskan, kemerdekaan sejati hanya bisa lahir dari kebebasan batin dan semangat kebersamaan.
Sementara Nurcholish Madjid memberi makna lebih dalam: Sumpah Pemuda adalah integrasi moral dan spiritual ajakan untuk menempatkan nilai kemanusiaan dan keindonesiaan di atas kepentingan kelompok. Pandangan itu selaras dengan Franz Magnis-Suseno yang menyebut nasionalisme sejati adalah nasionalisme yang manusiawi, yang menghormati setiap perbedaan.
Kini, hampir seabad berlalu, tantangan generasi muda jauh berbeda. Kolonialisme bukan lagi datang dengan senjata, tapi lewat budaya, ekonomi, dan informasi. Arus digital membuat batas semakin kabur antara fakta dan hoaks, persatuan dan polarisasi.
Di tengah situasi itu, pemuda Indonesia punya tanggung jawab besar: menjaga api persatuan agar tak padam. Nilai “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa” harus dimaknai ulang menjadi Satu Tujuan: Indonesia Maju. Persatuan bukan sekadar slogan, tapi kerja nyata lintas suku, agama, dan profesi untuk membangun negeri.
Pemuda hari ini harus menjadi inovator, penggerak perubahan, dan penjaga moral bangsa. Mereka harus berani berpikir kritis, bertindak etis, dan menolak menjadi penonton di negeri sendiri.
Sumpah Pemuda adalah pengingat bahwa keberanian dan idealisme anak muda bisa mengubah arah sejarah. Kini, tugas generasi milenial dan Gen Z adalah menyalakan kembali semangat itu — dengan cara yang relevan di zamannya.
Bangun dengan iman, bergerak dengan ilmu, dan berjuang dengan hati. Karena Indonesia butuh pemuda yang bukan hanya bangga bersuara, tapi juga siap bekerja untuk masa depan bangsanya.
Salam Pemuda, Salam Persatuan! 🇮🇩
Penulis : Asdar
